Tips Cuan Saham: Saham Multibagger vs Dividen

Perdebatan nih, mending punya saham multibagger atau dividen? kami punya jawaban lengkap sekaligus realitanya di sini.

Tips Cuan Saham: Saham Multibagger vs Dividen

Mikirduit – Siapa yang tidak ingin bisa mendapatkan keuntungan saham hingga lebih dari 100 persen? kasarnya, modal Rp100 juta bisa menjadi Rp200 juta. Apalagi, keuntungan itu bisa dicapai dalam waktu singkat. Kalau begitu, apakah lebih baik investasi dan trading saham mencari saham yang multibagger saja dibandingkan dengan dividen? berikut ini kami ulas berdasarkan pengalaman. 

Saham multibagger bisa tercipta oleh dua hal, pertama karena pembalikkan kondisi fundamental yang terpuruk dan bisa bangkit lagi sehingga mencatatkan kenaikan harga yang luar biasa. Kedua, karena hal anomali seperti aksi korporasi besar yang mengubah nasib saham tersebut seperti akuisisi-merger hingga backdoor listing.

Saham Multibagger Karena Faktor Fundamental

Poin pertama bisa terjadi karena big fund masuk dengan hasil analisis berbasis prospek fundamental. Sehingga ketika big fund mulai banyak, investor ritel juga ikut masuk dan harga saham terkerek signifikan. 

Salah satu contohnya adalah saham ACES pada medio 2021-2022. Tren kinerja saham ACES sempat mengalami penurunan signifikan dari segi pendapatan dan laba bersih pada 2021. Kala itu, pendapatan ACES turun sebesar 11,74 persen menjadi Rp6,54 triliun, sedangkan laba bersih turun 5,73 persen menjadi Rp691 miliar. 

Saat periode 2021, harga saham ACES tidak langsung dibanting karena banyak yang menoleransi penurunan kinerja akibat pandemi Covid-19. Namun, tekanan berlanjut di 2022 setelah secara pendapatan sudah tumbuh 3,36 persen menjadi Rp6,76 triliun, tapi laba bersih lanjut turun 3,91 persen menjadi Rp664 miliar. Posisi itu jadi laba bersih terendah ACES sejak 2015. 

Hasilnya, harga saham ACES yang biasanya berada di Rp1.000-an per saham malah lanjut turun hingga Rp400 per saham di akhir 2022. 

Sampai akhirnya, harga saham ACES bisa bangkit lagi ke Rp800-an per saham setelah kinerja sepanjang 2023 mulai pulih. Pendapatan ACES naik 12,55 persen menjadi Rp7,61 triliun, sedangkan laba bersih ACES naik 15,06 persen menjadi Rp764 miliar.

Jika dihitung, harga saham ACES bisa mencatatkan kenaikan sebesar 137 persen dari 19 Desember 2022 hingga 24 April 2024. Artinya, bisa dibilang ACES telah menghasilkan 1 bagger meski butuh waktu 1,5 tahun. 

Itu menjadi karakter saham bagger dengan basis perubahan fundamental yang positif. Sehingga secara alami investor dari pemain besar hingga ritel tertarik masuk ke sana. 

Strategi investasi untuk bisa mendapatkan bagger dengan poin pertama ini sederhana. Kamu bisa masuk ke saham yang secara fundamental baik-baik saja, tapi memang ada faktor eksternal yang membuat kinerja bisnisnya melambat. Dalam kasus ACES adalah pembatasan mobilitas masyarakat serta kondisi ekonomi yang melambat signifikan. Sehingga produk ACES yang bersifat cyclical dan bukan kebutuhan primer menjadi terpinggirkan sementara.

Waktu terbaik masuk ke saham ini adalah ketika ada penurunan harga saham yang signifikan padahal fundamentalnya tidak ada masalah selain perlambatan kinerja. Jika tidak ada masalah utang dan hal hukum lainnya, kamu bisa masuk ke saham tersebut. Waktu jualnya adalah ketika pertumbuhan makin melambat dan mulai turun, tapi harga saham masih tinggi. Ini sempat dilakukan oleh Hermanto Tanoko di saham BDMN

Walaupun, strategi mencari saham bagger dengan basis fundamental membuatmu harus sabar menunggu. Soalnya, kenaikan harga terjadi secara alami karena investor tergerak berminat melihat kondisi fundamentalnya. 

Saham Multibagger Karena Faktor non-Fundamental 

Poin Kedua bisa terjadi karena ada perubahan pengendali saham yang membuat asumsi saham tersebut menjadi lebih baik. Misalnya, Saham PANI yang tadinya pembuat kaleng tiba-tiba diakuisisi oleh konsorsium Aguan bersama Salim dan kini harga sahamnya sudah terbang ke Rp10.000 per saham. Padahal, sebelum diakuisisi oleh konsorsium Aguan, harga saham PANI menembus Rp1.000 per saham saja rasanya mustahil. 

Poin kedua ini bisa membuatmu mencatatkan keuntungan yang sangat besar dalam waktu yang lebih pendek daripada poin pertama. Namun, risikonya kamu tidak bisa mendeteksi sampai kapan harga saham akan naik. Pasalnya, variable kenaikan dan penurunannya cukup beragam. 

Saat PANI sudah naik mendekati Rp5.000 per saham setelah itu sideways lumayan lama. Di sini, banyak juga holder yang pegang di harga lebih bawah gerah dan mulai jualan. Namun, ternyata saham PANI diangkat naik lagi tembus Rp10.000 per saham pada pekan kedua September 2024. 

Selain itu, saham multibagger karena faktor non-fundamental juga bisa disebabkan oleh strategi pengendali yang ingin menjaga harga saham. Misalnya, BREN yang memiliki porsi investor individu domestik hanya kurang dari 1 persen saham beredar. Dengan porsi yang bergerak kecil, ada pergerakan beli dalam jumlah besar bisa mempengaruhi pergerakan harga saham BREN. 

Faktor kedua memang jadi idaman banyak orang, tapi sayangnya tidak semuanya mencapai level multibagger. Bahkan, ada saham yang diakuisisi setelah mandatory tender offer diumumkan, saat itu juga harga saham mulai turun. Soalnya kembali lagi, apakah ada pihak yang maintain harganya agar terus naik? 

Biasanya, ada ekspektasi saham-saham tersebut dijaga agar bisa masuk indeks global. Misalnya, seperti AMMN dan BREN yang sejak IPO harganya terus naik tinggi hingga bisa masuk indeks global seperti FTSE dan MSCI

Namun, untuk saham third liner yang di-maintain mungkin bukan oleh pengendalinya ini yang risiko fluktuasinya tinggi. Pasalnya, ketika big hingga middle fund yang menjaga harga keluar atau istilah lainnya guyur market, harga saham juga turun signifikan. 

Kondisi itu membuat psikologis investor yang hold di-dalamnya campur aduk seperti, melihat penurunan ingin jual, tapi takut nanti malah lanjut naik. Apalagi, setelah kisah fenomenal saham PP seperti BREN, CUAN, PTRO hingga saham terafiliasi Grup Salim seperti AMMN dan PANI, banyak yang mencari saham serupa di market cap yang kecil. Padahal, meski ada aksi korporasi yang serupa, belum tentu saham-saham tersebut mengulangi kisah sukses sebelumnya.

Jadi Mending Saham Multibagger atau Dividen?

Kami mencoba bandingkan dengan praktek langsung mencoba masuk di saham yang berpotensi multibagger karena faktor non-fundamental. (Untuk uji coba saham multibagger dengan faktor fundamental agak susah karena butuh waktu yang panjang. Nanti kalau sudah terjadi, kami akan ulas. Jika mau tau sahamnya apa saja, bisa join Mikirdividen)

Jadi, pada 19 Agustus 2024, kami melakukan spekulasi masuk ke saham LABA setelah membongkar siapa pihak di balik backdoor listing LABA. Saat itu, kami masuk dengan average price di Rp312 per saham.

saham LABA

Harga saham LABA pun terus naik sejak itu, sampai mengalami dua kali suspensi dan selama 1-2 minggu (agak lupa) saham LABA masuk papan notasi khusus. Sampai akhirnya, kami memutuskan jual pada 12 September 2024 di harga Rp790 per saham. Sehingga total keuntungan gross sebelum fee sekuritas sekitar 153 persen. Lumayan 1 bagger. 

Dua Sosok di Balik Backdoor Listing Saham LABA
Saham LABA lagi jadi obrolan terkait aksi akuisisi dan perubahan bisnisnya. Pertanyaannya, siapa dua sosok yang melakukan backdoor listing saham LABA?

Namun, dalam menunggu saham LABA terus naik itu, adrenalin ini dikocok-kocok dengan pertentangan, “Apakah jual sekarang aja ya daripada nanti turun malah rugi!” dan “Ah udah iseng-iseng siapa tau bisa jadi Next BREN.” 

Apalagi, ketika saham ini masuk notasi khusus dan mengalami ARB selama beberapa kali. Perdebatan batin makin besar, tapi kami mencoba mencari alasan kuat untuk hold sementara, yakni ada aksi beli asing yang masih tinggi. Sehingga pelaku yang membuat  ARB adalah investor ritel domestik. 

Hal itu juga yang menjadi alasan kami jual, yakni investor asing sudah jual dalam jumlah cukup besar, sehingga kenaikan LABA terakhir cenderung didorong oleh investor ritel. Namun, apakah LABA nggak akan naik lagi? ya belum tentu sesuai ada pihak yang mau menjaga harganya agar naik lagi atau tidak, serta tergantung realisasi kinerja LABA setelah ganti bisnis. Apakah fundamentalnya bisa mencuri minat investor atau tidak. 

Kesimpulannya, untuk masuk saham yang bisa 1 bagger dalam 1 bulan itu ada effort perdebatan batin serta harus mantau setiap hari. Meski, cuma mantau chart dan posisi net buy atau sell dari asing saja. Lalu, kami masuk dalam modal kecil (dalam perhitungan kami) sehingga masih cukup confidence untuk ambil risiko HOLD saat masuk papan notasi khusus. Namun, jika masuk dalam modal besar, bisa jadi setiap ada penurunan, kami akan lebih panik untuk siap jual karena risiko fluktuasi harganya cukup tinggi. 

Untuk itu, kami bandingkan dengan investasi di saham dividen, yakni SMSM sejak 2018 dengan harga pembelian awal sekitar Rp1.200 per saham. Lalu, kami melakukan averaging up sehingga saat ini harga rata-ratanya ada di Rp1.382 per saham. Sehingga posisi floating profit hingga 15 September 2024 sekitar 51,16 persen.

Tingkat Dividen yang ada di grafik menggunakan angka total nilai buku, sedangkan dalam perhitungan historis keuntungan dari tulisan ini dengan periode tahun. (jadi bisa campur tahun buku sebelumnya dengan tahun buku setelahnya yang dibagikan di satu periode tahun)

Tanpa perlu dipantau setiap hari (hanya dipantau saat rilis laporan keuangan dan ada update data penjualan dan ekspor otomotif serta komponennya), kami juga mendapatkan rata-rata dividen 5,46 persen per tahun dengan tren yang terus bertumbuh. Terakhir, di 2023 tingkat dividen yield yang didapatkan sekitar 7,6 persen. 

Jika dihitung per tahun dalam 6 tahun terakhir, kami telah mendapatkan keuntungan sebesar 12 persen per tahun dari hasil akumulasi dan posisi floating profit.

Dengan prospek pertumbuhan bisnis yang masih cukup besar, serta pembagian dividen yang rutin, tingkat persentase keuntungan bisa meningkat seiring kenaikan harga saham dan dividen. (Disclaimer: tapi tidak ada yang pasti di pasar saham, tetap ada risiko penurunan harga jika kinerja bisnis terganggu oleh faktor makro ekonomi)

Jika dibandingkan dengan kisah LABA, jumlah keuntungan SMSM memang terlihat lebih kecil. Namun, kami tidak perlu mantau setiap hari dan berspekulasi. Hanya ditinggal santai dan dilihat sesekali sambil menikmati keuntungan dari dividennya. Cara ini akan lebih enak jika kamu sedang mengakumulasi modal dengan dollar cost averaging atau lump sum dengan modal besar.

Kesimpulan

Sebenarnya, kita bisa kombinasikan cara untung yang pertama dari saham LABA dengan cara untung kedua dari SMSM. Misalnya, untuk target jangka panjang, kamu bisa gunakan strategi investasi di SMSM. (bukan rekomendasi sahamnya, tapi pola pengalaman kami). 

Caranya: kamu yang modal kecil bisa dollar cost averaging secara rutin untuk akumulasi modal, sedangkan untuk kamu yang modal besar bisa lump sum. 

Lalu, jika ada momentum seperti saham PANI, BREN, LABA, kamu juga bisa ikutan masuk dengan catatan alokasi modal yang ditempatkan harus lebih kecil. Kenapa alokasi modal harus lebih kecil? karena risiko fluktuasi harga sahamnya juga tinggi. Jadi, jika ada risiko, tingkat kerugiannya tidak mempengaruhi hidupmu.

Serta catatannya, masuk ke saham multibagger karena faktor kedua itu harus di posisi yang belum terlalu tinggi. Jika sudah tinggi dan penasaran bisa saja masuk, tapi harus siap dengan risikonya.

Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen

Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.

Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:

  • Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)
  • 24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnya
  • Grup Diskusi di Whatsapp
  • Event Online Bulanan

Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024

Selain itu ada promo lainnya seperti:

  • Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024
  • Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini