TSMC Ketar-Ketir Tarif Trump, Begini Dampaknya ke ERAA, MAPI, dkk
Trump udah banyak bikin geger pasca dilantik jadi Presiden AS, salah satunya wacana naiknya tarif impor microchip dari Taiwan. Hal ini buat emiten penjual gadget di RI ini bakal jadi tantangan berat. Kira-kira gimana saja dampaknya dan prospek sahamnya?

Mikirduit - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berulah lagi dengan ketidakpastian kebijakan tarif. Salah satu yang dibuat khawatir adalah perusahaan raksasa microchip asal Taiwan, TSMC. Hal itu juga akan berimbas ke penjual gadget di RI seperti ERAA dan MAPI, serta perakit gadget, PTSN. Kira-kira gimana dampaknya dan prospeknya sahamnya?
Bicara soal tarif Trump, kita dibuat ketar-ketir pada penghujung Januari gara-gara Presiden AS ini memutuskan untuk menaikkan tarif impor barang dari Kanada, Meksiko, dan China.
Waktu itu, tarif impor dari Kanada dan Meksiko dipatok 25 persen, kecuali untuk produk energi Kanada diberi tarif 10 persen. Namun, memasuki awal Februari tarif impor dari dua negara itu ditunda selama 30 hari ke depan. Sementara untuk tarif impor dari China ke AS masih berlaku 10 persen.
Tiga negara itu jadi sasaran kenaikan tarif Trump, padahal punya kontribusi sekitar 40 persen terhadap perdagangan negeri Paman Sam itu. Bahkan terlihat dari data berikut kalau Meksiko punya porsi lebih besar dari China.
Kalau dibreakdown lebih jauh, dari tiga negara-negara ada beberapa produk andalan yang bakal terkena imbasnya.
Meksiko mengimpor unggulan di otomotif, kabel listrik dan elektronik, serta komputer. Kanada fokus pada minyak mentah, sementara China banyak impor baterai listrik, telepon atau HP, dan komputer.
TSMC, Raja Semikonduktor Dunia
Meksiko dan China yang punya eksposur banyak dalam impor komputer ini tak lepas dari produk semikonduktor.
Salah satu produsen semikonduktor terbesar dunia adalah perusahaan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Limited (TSMC).
TSMC memiliki kaitan erat dengan China karena punya pabrik chip di sana. Sampai akhir 2024, tercatat ada dua pabrik di negeri Tirai Bambu ini, yaitu pabrik 12-inch GIGAFABs di Nanjing, provinsi Jiangsu dan pabrik 8-inch Fabs di Songjiang, Shanghai.
Sementara Meksiko, punya ekposur besar pada industri pabrik perakitan chip milik Foxconn yang berada di Guadalajara, ibu kota negara bagian Jalisco di barat Meksiko yang kini menjadi pusat teknologi negara itu, bahkan dapat julukan “Silicon Valley-nya Meksiko”.
Pabrik Foxconn di Meksiko itu disebut sebagai pabrik perakitan dan pengujian komponen elektronik terbesar di dunia. Salah satu area penting dari perakitan ini adalah perakitan chip semikonduktor. Foxconn berfungsi sebagai kontraktor untuk banyak perusahaan besar, termasuk TSMC.
Mereka punya hubungan mutualisme bagai bunga dengan kupu-kupu. Ringkasnya begini:
- TSMC, memproduksi chip semikonduktor (punya pabrik di China).
- Foxconn, bertanggung jawab untuk merakit dan menguji chip sebelum produk akhir siap untuk didistribusikan (pabrik terbesarnya ada di Meksiko).
Dua perusahaan teknologi itu juga memiliki pelanggan yang saling beririsan berasal dari AS, seperti Apple dan Microsoft.
Jadi itulah kenapa, perusahaan asal Taiwan dibuat khawatir dengan kebijakan tarif Trump yang tidak jelas. Bahkan baru-baru ini, Presiden AS itu menargetkan chip mereka yang dibuat dari negara asal akan dikenakan tarif impor sampai 100 persen.
Meski begitu, sudah ada beberapa upaya yang dikerahkan untuk meredakan perang dagang. Seperti pada tahun lalu, menurut laporan FT, TSMC berhenti membuat chip AI menggunakan node proses canggihnya yang berukuran 7 nano meter (nm) atau lebih kecil untuk pelanggan China.
Hal itu mereka lakukan akibat sanksi internasional yang diterapkan oleh AS ke China, khususnya terkait dengan masalah keamanan nasional dan teknologi canggih. Bermula dari chip mereka yang ada di perangkat Huawei.
Gara-gara itu Huawei kena dampaknya karena terkendala untuk produksi processor Kirin generasi terbaru yang sangat penting untuk produk mereka seperti di model Huawei Mate dan P Series.
Selain langkah itu, mengutip Reuters, TSMC juga melakukan relokasi pabrik ke Amerika Serikat (AS). Paling baru sudah dibangun satu pabrik di Arizona dan sudah mulai produksi chip ukuran 4 nm sejak pertengahan Januari 2025 lalu untuk pelanggan negeri Paman Sam.
Pabrik kedua juga direncanakan akan dibangun di Arizona lagi dengan target produksi chip 2 nm akan dimulai pada 2028 mendatang.
Sebagai informasi, sebelum relokasi di Arizona, sebelumnya ada satu pabrik TSMC di AS yakni 8-inch Fabs di TSMC Washington, LLC, Fab 11, tepatnya di daerah Camas, Washington yang sudah produksi sejak 1996 silam dan masih beroperasi sampai saat ini.
Namun, perlu dipahami juga, kapasitas produksi chip TSMC mayoritas 80 persen - 90 persen masih di produksi dari Taiwan, artinya relokasi ke AS tidak akan semudah dan secepat itu untuk meredakan dampak perang dagang ini.
Dalam relokasi pabrik itu, butuh miliaran dolar dan waktu bertahun-tahun untuk bisa produksi. Di tengah ketidakpastian ini, akan menjadi tantangan berat bagi industri teknologi global.

Peritel Gadget Indonesia Kena Imbas : Tantangan Berat ERAA dan MAPI
Peliknya persoalan tarif chip yang berimbas pada industri teknologi global, tentu juga merembet sampai Indonesia. Kenapa bisa gitu?
Karena dengan tarif impor yang mahal (kalau ini benar diterapkan), akan ada multiplier effect pada kenaikan harga gadget, mulai dari distributor, retailer, sampai di tangan terakhir, konsumen alias kita juga kena dampaknya.
Di Indonesia, mayoritas gadget itu masih impor. Kami melihat distributor gadget besar yang kena dampaknya ada PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).
Saham ERAA
Menurut keterbukaan informasi perusahaan, ERAA ini memiliki kontributor pendapatan terbesar dari penjualan smartphone dan tablet. Porsinya sampai 81,1 persen per September 2024 dari total penjualan yang mencapai Rp48,60 triliun.
ERAA memiliki jaringan toko Erafone, Samsung, Ibox, Xiaomi, Erablue,dan lainnya yang mendistribusikan hampir semua produk teknologi besar seperti Apple, Samsung, Oppo, dan Xiaomi.
Capaian total penjualan sampai September 2024 itu tumbuh 13,5 persen secara tahunan (yoy), membuat margin laba kotor (GPM) naik dari 11,2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,5 persen.
Dari sisi bottom line, pertumbuhan-nya bisa dibilang cukup mengesankan tercermin dari laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp791,16 miliar per September 2024, naik 59,88 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp494,84 miliar.
Namun, ERAA ini sayangnya punya Net Profit Margin (NPM) relatif tipis. Secara kuartalan pada 3Q2024 hanya 1,73 persen. Secara historis dalam lima tahun, margin laba bersih paling tinggi hanya mencapai 2,90 persen pada kuartal IV/2020.
Dengan margin yang tipis ini, jadi satu kekhawatiran kalau tarif naik, karena beban yang dikeluarkan akan membengkak. Imbasnya, prospek profitabilitas di tahun ini jadi kurang menarik. Apalagi, daya beli juga masih belum pulih saat ini dan membeli HP belum jadi prioritas kalau kebutuhan pokok belum terpenuhi
Saham MAPI
Beralih ke MAPI, perusahaan ritel yang terkenal menjual barang-barang high end, mulai dari fashion, beauty, makanan minuman, termasuk digital.
Berbicara soal produk digital, MAPI ini punya dua segmen yakni Digimap dan Digiplus.
Digimap menjual semua produk Apple sejak 2019 silam, seperti iPhone, iPad, Macbook, iMac, juga Apple Watch, termasuk aksesoris original Apple. Sementara Digiplus menjual perangkat elektronik multibrand, seperti Samsung, OPPO, Xiaomi, Vivo, Asus, Lenovo, Marshall, Klipsch, Skinarma, dan lain-lain.
Merujuk data laporan keuangan sampai September 2024, untuk produk-produk telepon selular, tablet, komputer dan aksesoris ini masuk ke segmen penjualan ritel.
Selama periode itu, penjualan ritel menghasilkan pendapatan bersih sebanyak Rp22,96 triliun, dalam setahun melesat 24,73 persen. Raihan ini kemudian jadi penyumbang utama total pendapatan sebanyak Rp27,6 triliun, menguat 16,1 persen yoy.
Sayangnya, pendapatan yang melesat itu tak membuat margin naik. GPM malah susut dari 45,65 persen menjadi 42,80 persen.
Ini terjadi karena ada kerugian sebelum pajak dari segmen kafe dan restoran sebanyak Rp109,57 miliar. Imbasnya, segmen ini mengalami penurunan kinerja 21,17 persen yoy menjadi Rp2,42 triliun.
Sejumlah beban juga terpantau membengkak, mulai dari beban pokok pendapatan, beban usaha, beban pajak penghasilan, dan lain-lain. Alhasil, sampai ke bottom line malah susut 8,45 persen yoy menjadi Rp1,3 triliun.
Berbicara soal, margin laba bersih (NPM) untuk MAPI ini relatif masih di atas ERAA, per kuartal III/2024 berada di 4,16%. Namun, pergerakan lebih volatile, bahkan pernah minus beberapa kali dan posisi NPM terkini itu sudah susut lumayan dari posisi tertinggi pada kuartal I/2022 yang pernah mencapai di atas 9%
Kesimpulan
Kesimpulannya, secara industri sektor peritel gadget di RI ini punya tantangan berat imbas dari ketidakpastian trump soal microchip. Pasalnya, ini bisa menaikkan harga jual yang berimbas pada margin makin menyempit, jadi prospek untuk mencetak peningkatan laba relatif lebih sulit tahun ini.
Selain itu, beban terhadap risiko kurs masih menjadi tantangan lebih lanjut, mengingat nilai tukar rupiah yang melemah di hadapan dolar AS di atas Rp16.000/ dolar AS.
Dari dalam negeri, daya beli juga belum terlalu pulih, tercermin dari deflasi yang kembali terjadi pada Januari 2025 setelah di awali dengan inflasi rendah pada penghujung tahun lalu.
Sebentar lagi yang menjadi harapan adalah seasonality event dari bulan Ramadhan. Setidaknya, ini bisa menjadi pemanis untuk mendongkrak permintaan di tengah beberapa risiko di atas.
Kalau soal harga saham, dua emiten ritel gadget ini sama-sama murah jika menggunakan tolak ukur price to book value per 7 Februari 2025 dibandingkan rata-rata selama lima tahun.
- ERAA PBV 0,70 kali Vs 5Y Avg 1,20 kali
- MAPI PBV 1,93 kali Vs 5Y Avgi 2,57 kali
Namun, valuasi murah ini bisa saja malah semakin murah alias harga sahamnya masih bisa turun. Hal ini karena saham ERAA dan MAPI ini masih betah di zona merah.
Dari awal tahun ERAA sudah susut 14%, sementara MAPI koreksi hampir 8%. Kalau ditarik lebih jauh lagi, dalam setahun terahir ERAA sudah ambles nyaris 25%, sementara jatuh lebih dalam sampai 34%.
Meski begitu, walau tantangan masih berat, kami melihat ada sedikit peluang jangka pendek yang bisa dicermati menjelang rilis kinerja sepanjang 2024, di mana ada harapan dari efek seasonality Natal dan Tahun Baru yang akan menggenjot perolehan margin lebih kuat.
Jadi, bagaimana merapikan portofolio saham-mu saat ini? kamu bisa curhat di Grup Diskusi Mikirdividen bersama ratusan investor lainnya. Yuk join Mikirdividen sekarang.
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini