UBS Overweight Saham RI - Goldman Sach Update Rating Big Bank, Sinyal Mulai Bangkit?
Goldman Sachs update rating saham perbankan dan UBS overweight pasar saham RI. Akankah ini jadi sinyal kebangkitan saham bank mulai diburu investor lagi?

Mikirduit - Perusahaan investasi global, UBS diketahui mengerek peringkat pasar saham RI dan Goldman Sach juga update rating saham big bank. Akankah ini jadi sinyal kebangkitan saham bank lagi?
Melansir Bloomberg, perusahaan investasi Union Bank of Switzerland (UBS) grup pada 24 April 2025 menaikkan peringkat pasar saham Indonesia dari neutral menjadi overweight.
Alasannya adalah valuasi yang sudah rendah dan ada dukungan yang defensif pasca covid-19.
Sebelumnya, Goldman Sachs juga memperbarui peringkat rekomendasi dan target saham bank besar di Indonesia, mulai dari BBRI, BBCA, BMRI, dan BMRI per April 2025.
Mengutip Bloomberg, peringkat dan rekomendasi dilakukan melalui analis Goldman Sachs Melissa Kuang yang mengulas 15 perusahaan tercatat, termasuk empat bank besar Tanah Air.
BBRI, BBNI, dan BMRI mendapatkan rekomendasi netral, sementara BBCA diberikan peringkat buy. Berikut untuk target harganya :
Suatu sekuritas atau lembaga keuangan dalam menentukan rating terhadap suatu saham biasanya akan didasarkan pada potensial upside/risk harga saham-nya.
- BELI (BUY): Harga saham diperkirakan naik lebih dari 15 persen dalam 12 bulan ke depan.
- TAMBAH (ADD): Harga saham diperkirakan berkisar antara naik 10 persen hingga 15 persen dalam 12 bulan ke depan.
- NETRAL (NEUTRAL): Harga saham diperkirakan berkisar antara turun 10 persen hingga naik 10 persen dalam 12 bulan ke depan.
- KURANGI (REDUCE): Harga saham diperkirakan turun antara 10 persen hingga 15 persen dalam 12 bulan ke depan.
- JUAL (SELL): Harga saham diperkirakan turun lebih dari 15 persen dalam 12 bulan ke depan.
Jadi kalau bisa disimpulkan, menurut Goldman Sach strategi yang bisa dilakukan untuk saham dengan rating netral lebih menarik untuk kita trading-kan atau fokus ke jangka pendek - menengah, sementara untuk rekomendasi beli bisa kita manfaatkan untuk peluang investasi jangka panjang.
Update Kinerja Big Bank
Seiring dengan upgrade rating ini, BBCA sudah lebih dulu merilis kinerja sampai tiga bulan pertama tahun ini, sementara tiga bank BUMN masih sampai Februari 2025.
Berikut kita ulas masing-masing :
BBCA
Sepanjang kuartal pertama tahun ini, BBCA berhasil mencetak laba sebesar Rp14,1 triliun, naik 2,8 persen secara kuartalan (qoq) dan 9,8 persen secara tahunan (yoy).
Capaian positif itu berhasil diraih berkat peningkatan efisiensi biaya dan pertumbuhan kredit yang ekspansif.
Dari sisi top line, pendapatan bunga bersih naik 6,6 persen yoy menjadi Rp21,1 triliun, didukung peningkatan imbal hasil kredit sebesar 18 basis poin (bps) secara tahunan dan penyaluran kredit yang berhasil tumbuh 12,7 persen yoy, ini utamanya didukung dari segmen korporasi naik 13,9 persen yoy dan kredit komersial naik 12,9 persen yoy.
Dari sisi rasio keuangan, BBCA berhasil meningkatkan NIM menjadi 5,8 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,6 persen dan risiko kredit macet tetap terkendali tercermin dari NPL di 2 persen.
Ini menunjukkan risiko kredit tidak terganggu meskipun sempat ada restrukturisasi untuk akun terkait tekstil (kami memperkirakan ini karena sritex yang dinyatakan palilt).
BBCA juga memiliki ketahanan CASA yang cukup tinggi di 82 persen. Angka ini tertinggi di antara perbankan Tanah Air. Dengan CASA yang tinggi, cost of fund bisa lebih ditekan dan menghasilkan operasional cost yang lebih efisien.
BBRI
Selanjutnya, untuk BBRI sepanjang dua bulan pertama tahun ini diketahui mencatatkan laba Rp4,6 triliun, melesat 129 persen qoq dan 42 persen yoy.
BBRI mencatat pendapatan bunga bersih naik moderat 3 persen yoy menjadi Rp9,3 triliun. Kenaikan ini ditopang beban bunga yang turun signifikan hingga 8,7 persen yoy ke posisi Rp3,9 triliun.
Penurunan beban bunga diketahui karena time deposit turun sampai 9,8 persen yoy. Sementara untuk penyaluran kredit hanya tumbuh 5,2 persen yoy.
Pertumbuhan kredit ini bisa dibilang cukup lambat, apalagi likuiditas masih cukup ketat terlihat dari LDR yang tinggi di level 88%.
Kami juga memperhatikan NIM yang turun ke level 6,25 persen dari periode dua bulan pertama tahun sebelumnya sebesar 6,4 persen.NIM masih jauh di bawah guidance manajemen di rentang 7,3 - 7,7 persen.
Alhasil, dari sisi bank only laba bersih BBRI masih turun 18 persen yoy menjadi Rp6,6 triliun, ditengarai efek dari management overlay besar-besar pada Januari 2025.
Meski begitu, efisien risiko terpantau mulai membaik, ditandai turunnya biaya provisi sampai 49 persen yoy dan 41 persen yoy menjadi Rp3,3 triliun, serta credit cost (CoC) mulai normal ke level 3,28 persen, dari sebelumnya pada Januari 2025 sebesar 5,57 persen, sementara jika dibandingkan Februari tahun lalu sebesar 6,72 persen.
Kami memperkirakan BBRI untuk hasil kinerja sepanjang kuartal I/2025 jika dibandingkan secara tahunan masih akan tertinggal karena beban berat di Januari.
Kami juga melihat ada potensi impairment sekitar Rp11 triliun vs Rp10,79 triliun (bank only) yang nantinya penentunya dari anak-anak usahanya, kecuali ada efisiensi dari provisi yang lebih rendah lagi, sehingga bisa mendongkrak laba.

BMRI
Berikutnya, ada BMRI yang mencatat laba tahun berjalan sampai Februari 2025 sebanyak Rp7,58 triliun. Jumlah ini berhasil naik 6 persen yoy.
Capaian ini didukung oleh pendapatan bunga bersih naik 6,6 persen yoy menjadi Rp12,55 triliun.
Sementara itu, untuk kinerja bank only BMRI mencatat laba bersih Rp3,6 triliun, naik 7,8 persen yoy.
Pendapatan berbasis komisi juga naik jadi Rp2,94 trliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,43 triliun.
Beberapa hal yang menarik dari kinerja BMRI adalah dari sisi efisiensi operasional tetap terjaga dengan CoC di level 0,68 persen, lebih dari dari periode Februari 2024 di 0,88 persen. Angka ini juga lebih rendah dari guidance manajemen di kisaran 1 - 1,2 persen.
CoC yang terjaga juga tercermin dari efisiensi operasional dengan mengurangi biaya pencadangan atau provisi sebanyak 11 persen yoy menjadi Rp906 miliar.
Pertumbuhan kredit tetap ekspansif hingga 19,1 persen yoy, lebih soft dari periode akhir tahun lalu yang tumbuh agresif 20,7 persen yoy. Capaian ini juga di atas guidance manajemen sebesar 10-12 persen yoy.
Seiring dengan itu, likuiditas melebar tercermin dari nilai LDR di 92,5 persen dibandingkan periode akhir tahun lalu sebesar 98,8 persen. Likuiditas ini bisa dibilang masih di level cukup ketat, meski begitu dengan adanya penurunan menunjukkan adanya perbaikan.
BBNI
Terakhir, untuk kinerja BBNI sepanjang dua bulan pertama tahun ini mencatat laba Rp3,29 triliun, meningkat 8,28 persen yoy. Sejalan dengan capaian laba bank only naik 7 persen yoy menjadi Rp1,7 triliun.
Pertumbuhan laba ini didukung pendapatan bunga bersih yang naik dari Rp5,98 triliun menadi Rp6,09 triliun. Pos pendapatan ini didukung penyaluran kredit yang masih ekspansif hingga 10,2 persen yoy.
Peningkatan laba juga ditopang efisiensi operasi yang signifikan dari pengurangan biaya provisi sampai 19,65 persen yoy menjadi Rp969 miliar.
Namun, untuk pendapatan dari komisi malah turun dari Rp1,68 triliun jadi Rp1,57 triliun.
Aspek positif dari kinerja sepanjang dua bulan BBNI adalah dari efisiensi operasional yang terlihat dari turunnya CoC ke level 0,75% dari sebelumnya 0,99% pada Februari 2024.
Hasil ini lebih baik dari guidance manajemen di level 1% dan menandai level terendah sejak awal tahun 2022. Penurunan CoC menunjukkan potensi pengurangan provisi yang diharapkan bisa mendongkrak laba ke depan.
Meski begitu, ada satu tantangan dari likuiditas yang masih ketat dan NIM yang melemah.
Likuiditas yang ketat ditandai oleh LDR yang berada di posisi 95,7 persen, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya di 87,8 persen.
NIM tercatat rendah di level 3,58 persen selama dua bulan pertama 2025 (vs. 2M24: 3,64 persen ). NIM ini dibaah guidance bank only FY25 dari manajemen di kisaran 4–4,2 persen.
Kamu Bisa Diskusikan dan Dapatkan Data Terkini Terkait Prospek Saham Tersebut dengan Join Mikirdividen
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini