WIFI Aksi Korporasi Kumpulkan Modal Rp9,8 triliun, Begini Prospek Sahamnya

Saham WIFI menjadi salah satu sorotan mulai dari adik Presiden jadi pemegang sahamnya hingga berencana right issue jumbo Rp5,8 triliun dan private placement di anak usaha Rp4 triliun. Kira-kira, gimana prospek sahamnya?

saham WIFI

Mikirduit – Saham WIFI tengah melakukan beberapa manuver dari aksi private placement hingga right issue jumbo yang mencapai Rp10 triliun. Banyak asumsi WIFI punya peluang menjadi Next PANI, tapi apakah mungkin?

Ada dua aksi korporasi yang dilakukan oleh WIFI:

Pertama, anak usaha WIFI, PT Integrasi Jaringan Ekosistem mendapat suntikan modal dari NTT East senilai Rp4 triliun. Nippon Telephon & Telegraph (NTT) East adalah bagian dari Grup NTT dari Jepang. 

Nantinya, kemitraan antara Surge dan NTT East akan fokus melakukan pengembangan fiber optic backbone termasuk jaringan darat dan bawah laut, serta akses Network dari fiber to the home, fixed Wireless Access, dan teknologi terkait lainnya. 

Kedua, WIFI juga berencana melakukan right issue dengan melepas 55 persen saham baru dengan harga pelaksanaan Rp2.000 per saham. Dengan begitu target dana yang mampu dihimpun bisa mencapai Rp5,8 triliun. 

Dalam aksi korporasi ini, PT Investasi Sukses Bersama akan melaksanakan haknya senilai Rp2,97 triliun. Adapun, sisa hak saham baru yang tidak dieksekusi oleh investor publik akan dialokasikan kepada pemegang hak saham baru yang mau memesan lebih banyak. Jadi, sosok pembeli siaganya tidak dijelaskan lebih rinci. 

Dana right issue itu akan digunakan untuk pembangunan jaringan fiber to the home untuk 4 juta homepass yang berlokasi di Pulau Jawa. Produk internet yang ditawarkan WIFI adalah Rp100.000 per bulan yang akan jadi sumber pendapatannya. Target penyelesaian pembangunan pada akhir 2025. Jika ada dana sisa, nantinya akan digunakan untuk modal kerja PT Jaringan Infra Andalan.

Lalu, apakah dengan begitu kinerja keuangan WIFI berpotensi meroket?

Menakar Prospek 4 Juta Homepass WIFI

Dalam hitungan sederhana, target 4 juta homepass dengan harga Rp100.000 per bulan, berarti bisa membuat kinerja pendapatan WIFI sekitar Rp4,8 triliun per tahun. JIka net profit margin WIFI mampu dijaga sebesar 30 persen, berarti, tingkat laba bersih WIFI berkisar Rp1,44 triliun per tahun. Namun, apakah semudah itu? tentu saja tidak.

Ada beberapa hal yang harus kamu ketahui dari prospek bisnis WIFI:

Pertama, efek 4 juta home pass itu tidak akan terasa di 2025. Soalnya, jaringan untuk menjangkau potensi 4 juta homepass itu baru dibangun pada paruh kedua 2025. (Perseroan baru mulai melakukan penandatanganan dengan kontraktor dan ventir paling lambat akhir kuartal II/2025) Targetnya penyelesaian pembangunan jaringan itu terjadi di akhir 2025. Artinya, belum ada pendapatan yang masuk dari aksi ekspansi WIFI kali ini.

Kedua, Jalan WIFI menuju 4 juta homepass juga masih cukup jauh. Sampai 2024 kemarin, perseroan baru mencatatkan 160.000 home connect. Target perseroan, pada Juli 2025 bisa mencapai 690.000 home connect. Namun, menambah jumlah home connect juga bukan perkara mudah. Pasalnya, persaingan internet service provider cukup ketat. 

Meski, WIFI menawarkan harga Rp100.000 per bulan untuk 100 Mbps, tapi layanan ini juga harus bersaing dengan internet service provider lainnya yang memiliki berbagai fitur terintegrasi.

Untuk bisa menarik minat, WIFI pun butuh meningkatkan eksposure branding-nya ke publik dengan brand Weave. Hal itu akan bisa mempengaruhi tingkat net profit margin perseroan juga.

Kami ekspektasi butuh waktu 5-8 tahun untuk WIFI bisa mencapai target tersebut. Perkaranya bukan sekadar kecepatan, tapi kehadiran jumlah pengguna yang meningkat akan berpotensi menurunkan kualitas layanan juga.

Ketiga, adanya inkonsesitensi kampanye WIFI, yang awalnya ingin mencapai 40 juta homepass, tapi diturunkan menjadi 4 juta homepass. Mungkin ada hal-hal yang kami tidak ketahui seperti 40 juta homepass target jangka panjang (meski dalam keterangan sebelumnya selama 5 tahun ke depan), dan 4 juta homepass ini untuk jangka pendek. Namun, dari perhitungan kami juga agak kurang logis menargetkan 40 juta homepass dalam 5 tahun. Jika untuk 4 juta homepass selama 5 tahun masih logis dengan asumsi ekspansi akuisisi pelanggan barunya juga cukup agresif.

Deretan Mimpi Saham WIFI, Penjual Kopi yang Kini Bisnis Internet
Saham WIFI masih terus berfluktuasi sesuai dengan mimpi hingga rumor mau akuisisi ISAT. Pertanyaannya, seberapa mungkin semua mimpi dan rumor itu bisa tercapai?

Jadi, Apakah Saham WIFI Benar-benar Bisa Meroket?

Ada karakter saham yang bergerak berdasarkan pertumbuhan fundamentalnya yang menarik, didorong oleh aksi beli pengendali, hingga yang memang ada market maker di luar pengendali atau terafiliasi. 

Menurut kami, alasan WIFI dinilai menarik dengan aksi ekspansi mengejar 4 juta homepass ini tidak terlalu kokoh untuk dijadikan acuan meroket lebih jauh. Alasannya, dalam proses pembangunan membutuhkan waktu hingga ada risiko proses akuisisi pengguna baru sesuai target membutuhkan waktu yang panjang. 

Peluang terbaik untuk saham WIFI meroket adalah jika adanya penurunan porsi free float setelah right issue karena investor ritel tidak mengambil hak saham barunya. Dalam jangka pendek itu bisa mengerek harga secara teknis karena Supply free float tetap meski ada aksi beli lewat eksekusi saham baru dari pihak pengendali atau investor yang ingin memesan lebih banyak. 

Di luar itu, seperti dejavu saat pembangunan jaringan di rel kereta api, WIFI akan bergerak sesuai dengan progress perkembangan proyek tersebut. Hal itu setidaknya dijadikan bantalan alasan kuat untuk mendorong harga saham WIFI naik. Namun, di situ juga risiko jika ada keterlambatan proses pembangunan.

Lalu, apakah kinerja WIFI 2025 tidak akan bertumbuh?

Sebenarnya, kami masih ekspektasi ada potensi kinerja WIFI bertumbuh meski infrastruktur utamanya masih dalam proses pembangunan. 

Beberapa kerja sama yang dijalin WIFI antara lain:

  • PLN Icon Plus. Dalam kerja sama ini bisa dibilang cukup tersirat. Dalam keterangan resminya, kerja sama itu untuk kolaborasi antara WIFI dengan PLN Icon Plus untuk menghadirkan layanan Fiber to The Home. Jadi, tidak ada detail yang digambarkan apakah WIFI bisa menyebarkan layanan internetnya dengan jaringan Icon Plus atau sebaliknya.
  • LINK, kerja sama ini lebih jelas, yakni LINK akan menyediakan infrastruktur jaringan berbasis teknologi GPON yang meliputi backbone, feeder, last mile Network, perangkat aktif seperti OLT, dan perangkat pasif seperti IDC, FDT,FAT, dan CPE. Nantinya, Weave (brand internet WIFI) akan memanfaatkan jaringan LINK tersebut untuk menyediakan layanan internet kepada pelanggan.
  • Indonesia Connectivity Investasi, WIFI bekerja sama dengan ICONVEST untuk kolaborasi pengembangan internet terjangkau bagi masyarakat. Kolaborasi dilakukan dengan cara pengembangan portofolio bisnis internet terjangkau, termasuk sharing competency dan sharing capacity. ICONVEST adalah anak usaha PLN yang bisnisnya berinvestasi di-portofolio yang bisa integrasi dan kolaborasi dengan bisnis PLN.

Kesimpulan

Jadi seberapa menarik saham WIFI? jika untuk investasi, kami menilai saham WIFI tidak menarik dengan kondisi valuasi sudah tinggi sebelum rencana berjalan. Artinya, ada risiko harga turun cukup signifikan ketika rencana yang digagas tidak berjalan lancar. 

Namun, bukan berarti harga saham WIFI langsung jeblok. Pasalnya, karakter saham WIFI ini adalah saham booming yang pergerakan harga sahamnya juga tergantung supir-nya. Lalu, supir-nya juga tidak akan berani untuk mengangkat harga jika sentimen yang ada tidak cukup kuat. 

Apalagi, jika dilihat secara valuasi price to book value dan EV/Ebitda WIFI sudah cukup tinggi. PBV WIFI sekitar 5,47 kali, sedangkan EV/Ebitda sekitar 12,43 kali. 

Untuk investasi, jelas lebih menarik melirik EXCL, ISAT, TLKM, hingga penyedia infrastrukturnya, TOWR. Keempat saham itu memiliki valuasi yang lebih murah dengan prospek pertumbuhan dan daya tahan bisnis yang lebih solid. 

  • EXCL memiliki PBV sekitar 1,11 kali, dengan EV/EBITDA 4,05 kali.
  • ISAT memiliki PBV 1,38 kali, dengan EV/Ebitda 3,78 kali.
  • TLKM memiliki PBV 1,7 kali, dengan EV/EBITDA 3,67 kali
  • TOWR memiliki PBV 1,36 kali dengan EV/Ebitda 7,39 kali.

Dari list perusahaan telekomunikasi ini, EXCL yang paling murah, meski ada aksi korporasi yang sentimennya dinilai kurang oke, yakni merger dengan FREN. Selain itu, ISAT dan TLKM juga tengah menghadapi konsolidasi pertumbuhan jumlah pengguna. 

Sementara itu, TOWR yang paling menarik dengan berbagai aksi akuisisinya, harga saham perseroan masih cukup murah. Terkait tingkat debt to Equity ratio yang tinggi, menurut kami masih bisa di manajemen dengan baik dengan karakter bisnisnya yang berupa kontrak jangka panjang dengan operator seluler. 

Kalau pun tetap minat dengan WIFI, kami sarankan untuk jangka pendek dan setiap ada tanda penurunan jangan lupa untuk di take-profit.

Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Portomu dengan Join Mikirdividen

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini