Window Dressing 2023, Pekan Pertama Jadi Kunci
Tidak terasa kita sudah tiba di Desember 2023, saatnya untuk menatap potensi window dressing untuk cari potensi cuan jangka pendek. Baca polanya di sini
Mikirduit – Akhirnya tiba di Desember 2023, pertanyaannya apakah ada window dressing? jika ada kapan itu akan terjadi? untuk itu, kami akan mencoba melihat perilaku tren window dressing dari 2015 hingga 2022.
Bicara window dressing, jangan bayangkan kalau pasar saham bakal menguat selama sebulan penuh. Selama periode sebulan window dressing, tingkat fluktuasi pasar juga masih tinggi, tapi kecenderungan lebih tinggi penguatannya sehingga pergerakan secara bulanan cenderung menghijau.
Jika melihat pola dari 2015 hingga 2022, salah satu penentu utamanya adalah pergerakan IHSG di pekan pertama Desember. Jika, IHSG mencatatkan penguatan dalam sepekan pertama Desember, berarti window dressing berpotensi terjadi.
Namun, ada syaratnya juga, sepekan pertama di Desember, IHSG harus menguat lebih dari 1 persen. Jika hanya menguat sekitar 0 sekian persen kemungkinan bisa terjadi periode kenaikan tipis seperti terjadi di 2021.
Setelah terjadi penguatan di pekan pertama, tren di pekan kedua hingga keempat cukup random. Bisa terjadi penguatan lebih tinggi daripada pekan pertama, penguatan lebih rendah dari pekan pertama, hingga koreksi. Periode koreksi bisa terjadi 2 pekan dari total 4 pekan.
Sementara itu, pasti ada pertanyaan yang mengganjal, akan ada rapat FOMC [rapat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve] di 12-13 Desember 2023, apakah itu bisa menganggu window dressing?
Ingat teorinya, pekan pertama adalah kunci, sedangkan FOMC terjadi di pekan kedua. Sehingga, apapun yang terjadi di FOMC mungkin tidak akan mempengaruhi ke pasar secara signifikan. Alasannya:
- Secara umum market sudah priced in dengan risiko kenaikan suku bunga
- Arahnya The Fed cenderung menahan dan mungkin tidak akan menaikkan lagi melihat data-data ekonomi AS sudah melambat sehingga bisa jadi pemicu bullish untuk pasar saham Indonesia.
Jika itu tadi pola dari pergerakan IHSG di pertama, kami akan mengulas pergerakan 5 saham dengan bobot terbesar ke IHSG dalam periode 2015 hingga 2023.
Saham BBCA
Sepanjang periode 2015-2023, BBCA mencatatkan dua kali penurunan bulanan di Desember, yakni terjadi pada periode 2022 dan 2018. Kira-kira, bagaimana prospek tahun ini?
Untuk BBCA, kami melihat ada peluang menguat cukup agresif secara bulanan di Desember 2023, meski BBCA naik cukup tinggi sebesar 2,57 persen di November 2023. Alasannya, secara valuasi sebenarnya BBCA sudah menarik, posisi yang bagus meski masih mahal. Apalagi, BBCA punya bobot terbesar ke IHSG sehingga saham ini jelas pilihan menarik saat window dressing.
Secara rekam jejak setiap Desember dari 2015 hingga 2022, polanya hampir sama dengan IHSG, yakni penentu utamanya adalah pekan pertama. Jika di pekan pertama gagal menguat berarti sampai akhir tahun bakal sepi. Namun, jika di pekan pertama menguat lebih dari 1 persen, ada peluang window dressing terjadi.
Saham BBRI
Saham BBRI memiliki rekam jejak pergerakan harga saham setiap Desember 2023 yang cukup ciamik. Dari periode 2015-2022, BBRI hanya mencatatkan sekali koreksi bulanan di Desember, yakni di 2022 sebesar 0,8 persen. Lalu, bagaimana peluangnya di Desember 2023?
Secara umum, peluang BBRI untuk naik juga tinggi selain karena bobot besar ke IHSG, ada wacana perseroan mau bagi dividen interim, meski belum bisa dipastikan. Secara valuasi, posisi saat ini sebenarnya sudah cukup mahal dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya yang sempat di Rp5.000-an hingg tembus sedikit di bawahnya. Namun, jika melihat 6 bulan terakhir, BBRI masih bisa menggapai posisi Rp5.500 hingga Rp5.700 per saham dari posisi saat ini sekitar Rp5.300 per saham.
Secara rekam jejak setiap Desember dari 2015 hingga 2022, polanya hampir sama dengan IHSG, yakni penentu utamanya adalah pekan pertama. Jika di pekan pertama gagal menguat berarti sampai akhir tahun bakal sepi dan koreksi. Namun, BBRI sedikit berbeda, jika ada kenaikan di bawah 1 persen di pekan pertama bukan berarti window dressing batal, masih ada peluang naik tapi memang tidak setinggi jika naik lebih dari 2 persen pada pekan pertama.
Saham BMRI
BMRI memiliki catatan pergerakan bulanan Desember 2023 yang agak berbeda. Dalam periode 2015-2022, perseroan mencatatkan dua kali koreksi dan 1 kali stagnan dalam pergerakan saham bulanan di Desember 2023. Koreksi terjadi di 2022 dan 2018, sedangkan posisi stagnan terjadi di 2020.
Secara umum, kalau kami melihat peluang kenaikan harga saham BMRI yang lebih tinggi di Desember 2023 cukup tipis. Alasannya, saham ini sudah naik cukup tinggi sepanjang tahun ini.
Jika melihat rekam jejak 2015-2022, pola BMRI cukup mirip dengan BBRI hanya saja dengan tingkat fluktuasi yang lebih tinggi. Seperti, di 2018 BMRI sempat mencatatkan kenaikan sebesar 1,54 persen pada pekan pertama Desember, tapi malah anjlok 4,44 persen di pekan ketiga, sehingga secara bulanan menjadi koreksi 0,34 persen.
Saham ASII
Dibandingkan dengan ketiga big bank, saham ASII punya probablitas kenaikan di Desember sedikit lebih rendah pada periode 2015-2023. ASII mencatatkan tiga kali koreksi, yakni pada 2018, 2021, dan 2022.
Namun, kami melihat peluang ASII menguat di Desember 2023 cukup tinggi. Beberapa alasannya, ASII sudah mencatatka koreksi bulanan sejak Agustus hingga November dengan nominal yang cukup dalam, secara tahunan di Desember, ASII sudah mencatatkan koreksi dua tahun berturut-turut di 2021 dan 2022. Paling penting, saat ini valuasi ASII jelas cukup menarik.
Lalu, bagaimana rekam jejaknya pada periode 2015-2022?
Pergerakan ASII di setiap Desember juga cukup fluktuatif. Hampir sama seperti mayoritas saham dengan bobot besar ke IHSG lainnya, penentu utamanya adalah di pekan pertama. Perbedaannya, jika di pekan pertama naik lebih dari 3 persen, berarti ada potensi window dressing terjadi.
Kenapa 3 persen? soalnya, sempat terjadi kenaikan 2,64 persen di pekan pertama Desember 2021, tapi ternyata secara bulanan malah jadi koreksi sebesar 1,3 persen.
Namun, ada juga fenomena di 2015, ASII naik 9,9 persen di pekan pertama, tapi setelah itu terus koreksi, meski secara bulanan masih ditutup naik tipis 1,27 persen.
Saham TLKM
Saham TLKM bisa dibilang secara konsisten mencatatkan kenaikan secara bulanan di Desember pada periode 2014-2023 meski tidak terlalu agresif, dengan nominal paling besar 6,99 persen pada 2017. Adapun, TLKM hanya sekali mencatatkan koreksi di Desember, yakni terjadi pada 2022 sebesar 7,18 persen.
Secara valuasi, saham TLKM sudah menarik, apalagi anak usahanya MTEL melakukan beberapa aksi korporasi seperti memperluas bisnis fiber optiknya. Namun, kami menilai peluang kenaikan saham TLKM di Desember 2023 paling optimistis sekitar 3-4 persen.
Lalu, bagaimana dengan rekam jejak TLKM setiap Desember di periode 2015-2022?
Pola saham TLKM agak berbeda dengan IHSG maupun 4 saham big caps lainnya. Di mana, TLKM masih berpotensi mencatatkan penguatan lebih lanjut meski pekan pertama koreksi tipis. Toleransi koreksi tipis TLKM selama periode 2015-2023 sekitar di bawah 1 persen.
Menatap Peluang Santa Claus Rally
Santa claus rally bisa dibilang periode harga saham naik tinggi saat 5 hari terakhir sebelum tutup tahun atau pada periode natal dan tahun baru. Sebenarnya, pola ini kurang relevan dengan pasar di Indonesia.
Jika melihat rekam jejak IHSG, BBCA, BBRI, BMRI, ASII, dan TLKM, santa claus rally yang signifikan terjadi pada medio 2016-2017. Setelahnya cenderung naik tipis hingga koreksi.
Kesimpulan
Secara umum, pergerakan harga saham yang punya bobot besar ke IHSG berpotensi sangat fluktuasi sepanjang Desember jika ada window dressing. Pasalnya, arus minat beli dan jual sangat tinggi. Sehingga bisa jadi hari ini naik kenceng, dua hari ke depan koreksi tipis, kemudian lanjut naik.
Untuk itu, sebenarnya window dressing bukanlah hal yang menarik bagi investor. Pasalnya, mereka tidak bisa melakukan hal menarik saat periode tersebut. Mau beli posisi mahal, mau jual juga bakal sayang. Apalagi, kalau pegang saham BBCA, BBRI, BMRI, ASII, dan TLKM di harga bawah yang mungkin tidak akan pernah tercapai lagi.
Window dressing bakal menarik bagi swing trader untuk cicip trading big caps, sebuah fenomena yang jarang kan?
Jika dilihat potensi terbesar swing trading yang menarik terjadi di pekan pertama,sedangkan pekan kedua hingga keempat sangat berisiko.
Jadi, siap menatap window dressing 2023?
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini