ZATA Belum Bayar Utang dan Pelajaran Beli Saham IPO
ZATA punya uang Rp22 miliar untuk lunasi utangnya, tapi mereka malah belum bayar utang hingga melewati jatuh tempo. Kenapa ya?
Mikir Duit - PT Bersama Zatta Jaya Tbk. alias ZATA lagi terancam menjadi debitur dalam perhatian khusus jika sampai akhir Januari 2023 tidak membayar utang kepada PT Bank Raya Tbk. alias AGRO. Padahal, ZATA sudah punya uang untuk bayar utangnya dari dana hasil penerbitan saham perdana di BEI, tapi kenapa ya kok belum bayar?
Kasus ZATA ini bisa menjadi salah satu contoh saham IPO yang perlu diperhatikan. Meski, saham IPO terkenal memberikan cuan karena kerap auto rejection atas berjilid-jilid, tapi tidak jarang juga malah auto rejection bawah berjilid-jilid. Penyebabnya, harga IPO kemahalan hingga fundamentalnya yang jelek.
Kronologi ZATA Belum Bayar Utang ke Agro
Semua bermula dari keputusan ZATA yang mulai listing di BEI pada 10 November 2022. Dari situ, ZATA dapat dana segar senilai Rp170 miliar.
Dalam prospektusnya, ZATA berencana menggunakan 69,22 persen dana IPO untuk modal kerja ke PT Bersama Zatta Mulya. Lalu, 17,38 persen untuk penyetoran modal ke anak usahanya PT Bersama Dauky Mulya.Kemudian, sisanya digunakan untuk melunasi utang ke AGRO.
Namun, dari laporan penggunaan dana IPO pada 16 Januari 2023, ZATA baru menggunakannya untuk penyetoran modal ke Bersama Zatta Mulya dan Bersama Dauky Mulya senilai Rp143 miliar. Lalu, sisa Rp22 miliar yang untung bayar utang ke AGRO belum digunakan. Padahal sudah jatuh tempo pada 29 Desember 2022 silam.
Dengan posisi sudah memiliki dana segar untuk bayar utang, keputusan ZATA belum bayar utang ini jadi penuh tanda tanya. Soalnya, kalau sampai akhir Januari 2023 tidak bayar masuk kolektabilitas 2 alias dalam perhatian khusus, sedangkan jika sampai akhir Maret 2023 tidak dibaya bakal masuk debitur kurang lancar dan jadi debitur kredit bermasalah kotor AGRO.
Pihak AGRO pun lagi berkomunikasi dengan ZATA terkait masalah utang-piutang tersebut.
Pelajaran Beli Saham IPO
Jika melihat sekilas prospektus IPO ZATA, emiten fesyen muslim ini mencatatkan kinerja yang fantastis setelah laba bersihnya tumbuh 314 persen menjadi Rp3,25 miliar pada kuartal I/2022 dibandingkan dengan kuartal I/2021.
Namun, jika di cek posisi arus kas operasional ZATA per kuartal I/2022 posisinya malah negatif Rp103,56 miliar. Artinya, posisi itu berlawanan dengan laba bersih yang diraihnya senilai Rp3 miliar.
Kenapa kas operasional yang harusnya uang berasal dari aktivitas operasionalnya malah negatif?
Penyebabnya, ZATA hanya menerima uang dari pelanggan alias hasil jualan senilai Rp61,07 miliar, sedangkan mereka harus membayar ke pemasok mencapai Rp148 miliar. Dari dua poin itu saja sudah terlihat hasil operasi ZATA itu hasilnya negatif.
Lalu, kenapa laba bersihnya bisa melejit?
Laba bersih ZATA bisa melejit karena adanya penurunan beban keuangan hingga Rp2 miliar menjadi Rp4,82 miliar dibandingkan dengan Rp6,62 miliar pada periode sebelumnya.
Dengan begitu, posisi arus kas operasional yang negatif menandakan ZATA tidak punya cukup uang untuk melanjutkan operasionalnya, kecuali kembali mengajukan utang tambahan. Dari sini, selain laba bersih dan valuasi, kita juga perlu lihat arus kas operasional calon emiten IPO agar mengetahui seberapa besar uang tunai yang benar-benar masuk ke kas perseroan.
Kesimpulan
Dalam memburu saham IPO, kita jangan hanya terbuai dengan kenaikan laba bersih yang tinggi, yang bisa mempengaruhi perhitungan valuasi price to earning ratio (PER) menjadi lebih murah.
Beberapa hal terpenting lainnya antara lain, kenaikan laba bersih juga diikuti dengan arus kas operasional yang positif. Menandakan aktivitas operasional bisnisnya benar-benar menghasilkan uang bukan cuma angka-angka akuntansi.
Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.